Pengalaman Mencoba Menu Richeese Factory


Hari Kamis lalu saya berkesempatan untuk singgah di Richeese Factory setelah kehilangan satu kesempatan beberapa tahun sebelumnya. Karena kebetulan saya sedang di Surabaya, saya mengajak seorang teman saya untuk makan siang di Resto Richeese Factory.

Untuk informasi awal, saya belum pernah tahu apa saja yang ada di dalam Richeese Factory. Dalam bayangan saya, yang berasal dari kalimat ajakan Mbak Kos beberapa tahun lalu yang berisi, “ayo, Dek. Nanti kita di sana bisa coba makan dengan cheese fondue, salmon cheese sauce, dan lain-lain. Kan, seru?”, Richeese Factory menyajikan segala hal tentang saus keju, keju, dan sebagainya. Mungkin sejenis ayam saus keju, salmon saus keju, cheese fondue, dan pizza. Termasuk makanan ringan produksi Richeese yang bisa dikreasikan dengan topping keju dan sebagainya. Well, saya pikir masuk ke resto Richeese akan menjadi pengalaman pertama saya dalam mengkreasikan makanan. Saya bisa memesan makanan apapun yang saya mau dan ditambah saus keju atau apapun itu yang tersedia di sana.

Ketika menginjakkan kaki di halaman, saya merasa aneh pada dua orang pelanggan yang duduk di teras. Mereka sepertinya sedang menghabiskan nasi. Pikiran saya langsung liar, “ngapain mereka makan nasi? Ini kan riCHEESE Factory? Kenapa tidak ambil yang banyak kejunya?”


Begitu masuk, kepala saya pun masih belum bisa menerima kenyataan ketika mata saya menatap menu yang terpampang di bagian pengambilan makanan dan kasir. Di sana, ada banyak menu dengan ayam. Saya bahkan sampai harus melihat papan di atasnya untuk memastikan bahwa presto yang saya masuki adalah Richeese Factory.


Sebagai informasi kedua, saya sudah agak bosan dengan ayam. Entah kenapa saya belum pernah merasakan ada makanan ayam yang diberi bumbu mantap yang merasuk hingga ke dalam daging. Hampir semua masakan ayam yang saya makan hanya memiliki rasa enak di kulit kemudian menghilang ketika sudah sampai ke daging bagian dalam dan hanya menyisakan rasa ayam potong yang begitu-begitu saja.


Tentu saya dan teman saya tidak akan langsung walk-off begitu saja dari resto yang baru kami masuki. Kami hanya bisa menerima keadaan dengan memesan menu yang disediakan, yang tidak sesuai ekspektasi awal. Saya memilih Richeese fire chicken level 3 dan Pink Lava tanpa es. Teman saya memesan Richeese chicken dan Pink Lava dengan es. Ada pula BBQ Cheese Wedges sebagai tambahan. Melihat namanya, saya langsung teringat dengan sepatu wanita.

 

Ulasan pun dimulai.


Untuk informasi awal kenapa saya menuliskan Pink Lava dengan keterangan tanpa es dan dengan es adalah karena kedua minuman yang sebenarnya sama itu ternyata memiliki rasa yang berbeda karena adanya atau tidak adanya es. Selain itu, saya memang sedang menghindari minuman dengan es.


Dari pemilihan menu dan hasil uji rasa yang kami lakukan, ternyata kami memilih empat menu berbeda. Walaupun kami sama-sama membeli ayam dan minuman Pink, kedua jenis makanan dan minuman itu benar-benar memberikan rasa yang berbeda.


Pertama, saya akan memberikan pendapat saya tentang Richeese Fire Chicken level 3 yang ada di tangan saya. Ayam berselimut tepung ini disajikan dengan tambahan lapisan saus merah yang terlihat pedas, menantang dan menggugah selera. Walaupun pada saat pertama kali dicoba rasa pedasnya lumayan menendang, ketika lidah sudah cukup lama beradaptasi dengan pedas yang didapat dari merica itu, ternyata rasa pedasnya biasa saja. Namun, saya tidak berani menyarankan untuk yang tidak hobi makan pedas karena saya sendiri masih membutuhkan tissue untuk mengatasi rasa pedas itu. Namun baiknya, walaupun cukup pedas, ayam itu tidak membuat lidah dan mulut terbakar dan tidak mengganggu pencernaan. Hanya menyisakan rasa hangat yang nyaman di lambung ketika cuaca sedang mendung.


Berdasarkan komentar teman saya terhadap minuman yang disebut “Pink” oleh pegawai Richeese Factory itu, saya hanya setuju ketika dia mengatakan bahwa rasanya mirip dawet. Dawet adalah jajanan khas jawa dengan warna Pink jika ditambah dengan mutiara dan ada juga jenis dawet yang lain. Rasa minuman yang diletakkan dalam gelas plastik besar itu memang mengingatkan saya pada minuman tradisional itu hingga ada sedikit penyesalan karena tidak memilih teh sebelumnya.


Setelah itu, saya juga ingin mengulas saus keju dan BBQ Cheese Wedges. Saus keju yang menyertai Richeese Fire Chicken dan Richeese Chicken itu menyatu sempurna dengan kedua masakan ayam tersebut tanpa merusak rasa gurih dan krispinya. Tentunya hal ini sangat menyenangkan daripada menu ayam dengan saus cokelat yang pernah saya ulas sebelumnya. Walaupun saya memiliki lidah pribumi yang tidak terbiasa mengonsumsi keju, rasa saus ini masih sangat bisa diterima oleh lidah saya. Bahkan, untuk ukuran sajian yang begitu mini, saya rasa masih bisa menghabiskan dua sajian saus lagi.


Berikutnya Richeese Factory BBQ Cheese Wedges. Ini adalah makanan kentang lokal yang dipotong menjadi empat bagian memanjang lalu digoreng dan disiram dengan saus keju dan satu saus lagi (warnanya hitam dan saya tidak tahu itu saus apa). Dengan rasa saus keju yang lezat, tentu saya tidak perlu mengomentari hal itu lagi. Namun, yang luar biasa adalah perpaduan antara kentang, saus keju dan satu saus lagi itu masih memberikan rasa yang menyatu dan luar biasa enaknya. Baru kali ini saya mencoba makanan dengan cocolan dua sambal sekaligus yang menghasilkan rasa yang tetap dan malah bertambah dua kali lipat enaknya. Sebenarnya, kentang ini bisa dijadikan pengganti jika Anda tidak suka nasi. Namun, karena sudah paket saya harus mencoba keduanya.


Entah karena kekenyangan, cuaca mendung, atau memang rasa ayam yang semakin mengganggu lidah saya yang sedang tidak ingin makan ayam, saya tidak menghabiskan ayam dan Pink saya. Hal ini yang mengantarkan kita ke ulasan berikutnya. Saya pun memberikan ayam saya pada teman saya. Menurutnya, Richeese Fire Chicken memiliki rasa yang lebih enak daripada ayam miliknya. Berhubung ayamnya sudah habis dan saya juga sudah eneg makan ayam, saya tidak bisa menggambarkan secara rinci bagaimana perbedaan rasa keduanya. Yang bisa saya katakan adalah mungkin Richeese Chicken hanya memiliki rasa daging ayam biasa yang tanpa bumbu lalu diselimuti tepung krispi dengan sedikit bumbu yang memberikan rasa sedikit asin. Jadi, walaupun Anda bukan pecinta makanan pedas, saya sarankan Anda untuk membeli Richeese Fire Chicken saja. Jika Anda tidak tahan pedas, Anda bisa memilih level 1. Saya jamin rasa pedas itu tidak akan berpengaruh buruk untuk perut Anda. Ini bukan ayam setan dengan cabe yang pedasnya keterlaluan.


Setelah itu, berhubung saya adalah orang yang suka membesar-besarkan sesuatu, saya berkali-kali mengatakan bahwa saya merasa eneg dan ingin muntah. Mungkin itu juga karena saya makan kebanyakan. Bayangkan, saya makan nasi dan kentang goreng itu. Saya pun memberikan Pink Lava yang tersisa pada teman saya DAN menurutnya, rasa Pink Lava saya memang jauh lebih eneg dari Pink Lava miliknya. Akhirnya, saya pun tahu bahwa keberadaan es memang bisa membuat perbedaan. Jelas saya, mungkin rasa eneg dalam minuman itu jadi jauh lebih berkurang dengan tambahan es yang sudah mencair.


Akhirnya, walaupun harapan saya akan memakan makanan yang sarat akan keju hilang, saya masih bersyukur bisa mencoba menu Richeese Fire Chicken itu. Tentunya semua ulasan akan berbeda untuk setiap lidah. Saya tidak akan mengatakan bahwa ulasan ini bersifat mutlak adanya. Itu hanyalah pendapat saya sebagai pribumi. Dari mencoba menu Richeese Factory, saya jadi belajar sesuatu bahwa ada “perbedaan dalam persamaan dan ada persamaan dalam perbedaan”.



Gambar diambil dari Richeese Factory dan zmtcdn

Posting Komentar

0 Komentar