Clash of Kids



Dengan membaca judulnya, mungkin kita akan teringat pada sebuah permainan yang beberapa tahun lalu dilarang di Indonesia. Ya, dari melihat kejadian yang akan saya ceritakan memang sedikit membuat saya teringat permainan itu. Begini ceritanya.

Dalam sebuah dunia, yang entah bulat atau datar, ini kita akan menemukan makhluk-makhluk ajaib dan suci yang suka bermain. Merkea adlah anak-anak yang masih berpegang pada hati peri yang dibawa sejak mereka masih berada dalam alam roh. Hati itu akan tetap setiap pada pemiliknya dalam waktu yang cukup lama jika si pemilik tahu cara menghindar dan menyadari kejamnya dunia. Namun demikian, bukan tidak mungkin mereka, kids, akan mengalami bentrokan, clash, dengan sesama mereka di usia yang masih sangat belia. 

Contohnya di tempat saya melakukan terapi hydro-tanning ini. Di tempat ini ada wahana kecil khusus untuk anak-anak seusia mereka. Wahana ini sepertinya dimaksudkan agar anak-anak bisa bersenang-senang tanpa mengganggu orangtuanya yang sedang melakukan terapi di air yang terlalu dalam untuk mereka, selain untuk alasan keselamatan juga.

Di wahana tersebut, anak-anak akan meluncur dari ketinggian surgawi (menurut mereka) ke tempat yang lebih rendah. Ini seperti penggambaran ketika mereka baru keluar dari dunia roh di nirwana menuju bumi. Ketika sudah tiba di lokasi pendaratan, ada kalanya beberapa dari mereka, yang sudah lebih dulu menetap di dataran rendah dan tak beranjak pergi dari dekat tempat pendaratan itu, kurang siaga. Sehingga tertabrak oleh roh suci yang baru meluncur itu. Kejadian tertabrak ini bisa berakibat fatal bagi hati yang masih belum mengenal kerasnya dunia sehingga mereka tidak tahu cara bertahan. Mereka bisa saja tenggelam sejenak dalam genangan sepaha orang dewasa, mengeluarkan butiran berlian dari mata yang tak berdosa, atau mengeluarkan kata-kata mutiara yang mereka curi dengar dari embusan calon penghuni tetap neraka. Namun, karena balutan surgawi, mereka hanya diam dan saling pandang. Sungguh menakjubkan.

Kejadian itu adalah sesuatu yang jarang ditemui di dunia orang-orang dewasa yang sebenarnya sudah lama hidup di dunia dan tahu cara menanggulangi kerasnya persaingan. Ketika mengalaminya, anak-anak itu malah menunjukkan cara menjadi dewasa yang sebenarnya, seolah mereka pernah mengalami masa itu. Sementara orang dewasa malah sering menunjukkan sifat kekanak-kanakan seolah mereka belum puas dengan masa yang sudah dilaluinya puluhan tahun sebelumnya. Seolah mereka masih belum pernah mengalami suatu kejadian yang menyadarkan mereka akan betapa kerasnya dunia sehingga membuat mereka belajar untuk menanggulanginya.

Posting Komentar

0 Komentar