Tentang Berusaha dan Takdir



Saya masih belum paham hubungan antara usaha dan takdir. Menurut saya, kedua hal ini rumit. Karena takdir berasal dari Tuhan, sementara usaha dilakukan oleh manusia. Apakah keduanya tidak bisa dipertemukan?

Takdir berkata: rezeki sudah ada yang mengatur, sedangkan usaha berkata: besarnya usaha berbanding lurus dengan besarnya rezeki (dalam hal ini harta). Jadi, apakah keduanya bisa disalinghubungkan? Jika bisa, apakah hubungannya menjadi: semakin gigih seseorang untuk mencari harta, maka takdir mungkin akan berubah -atau- takdir itu mutlak, sebesar apapun usaha seseorang mencari harta, besarnya sudah ditentukan. Jika tidak, mana yang benar? Ini rumit.

Pertanyaan selanjutnya mungkin: apakah dengan berdiam diri saja seseorang bisa tetap hidup seperti layaknya Siti Maryam yang dikirim buah-buahan dari surga hanya dengan memohon saat kelaparan? Atau seperti seorang perempuan yang hanya menyembah dan melakukan semua yang Allah SWT perintahkan dan menjauhi larangan-Nya sepanjang hidupnya sehingga ketika dia membutuhkan, malaikat akan langsung turun memenuhi seruan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan perempuan itu? Ataukah hal itu hanya terjadi pada perempuan/orang istimewa saja?

Seingat saya, ada sebuah nama, sepertinya Lukman Hakim, yang berkata bahwa ia selalu bangun sebelum azan subuh berkumandang dan tidak tidur lagi setelahnya agar ia mendapatkan banyak rezeki hari itu? Tapi, bukankah rezeki sudah diatur? Dan sudah jelas bahwa manusia tidak akan mati sebelum seluruh rezekinya diterima?

Dari semua pertanyaan itu, saya hanya dapat menyimpulkan dengan mengambil dalil pertama dan terakhir bahwa: rezeki sudah diatur untuk setiap orang dan tidak akan diberikan sebelum orang tersebut meninggal. Karena banyak orang kaya yang sakit-sakitan dan berumur pendek. Dan banyak orang miskin tetap sehat dan berumur panjang. Dan, ya, sehat juga bagian dari rezeki yang dijanjikan itu.

Posting Komentar

0 Komentar