Pernik Kuliner Saat Ini






Jika kamu adalah penggemar kuliner, mungkin kamu ingat sebuah makanan bernama “Ratatouille” dari sebuah film animasi berjudul sama. Bagi yang belum tahu, itu adalah sebuah makanan yang biasa disajikan di meja makan sederhana di belahan Eropa yang berisi sayuran biasa, seperti kentang, tomat, timun, dan sebagainya. Demi memuaskan seorang kritikus makanan bernama Anton Ego, makanan itu disulap menjadi makanan dengan wajah berkelas, tapi dengan rasa yang sama oleh seorang tikus yang pandai memasak bernama Remy. Yah, itu adalah sedikit bocoran dari seluruh kisah petualangan di Tikus dan anak seorang chef terkenal di Paris. Namun, saat ini aku sedang tidak menceritakan tentang salah satu film yang kusukai, tetapi sesuatu yang sedikit berkaitan dengan itu.

Baca juga: Pos ketan cita rasa yang tak terlupakan.

Ketertarikan orang pada makanan berubah seiring berubahnya zaman. Jika dulu orang lebih mementingkan rasa, orang-orang di zaman ini lebih menyukai makanan dengan penampilan yang sedikit tidak biasa dan berwarna. Instagramable istilahnya. Hingga banyak rumah makan yang mempromosikan foto-foto makanannya dalam instagram untuk menarik minat orang-orang yang suka mengunggah foto makanan ke akun instagram mereka. Dengan cara itu, mereka mendapatkan keuntungan ganda: tambahan pengunjung dalam sekejap mata dan promosi tempat makan gratis (jika para pengguna instagram tidak lupa mencantumkan nama rumah makannya).

Baca juga: Carl's Jr. Single Awareness dan Carl's Jr. Friday is Freeday.

Perubahan itu sebenarnya sah-sah saja apalagi di dunia kuliner yang semakin banyak pemain. Persaingan yang sehat dan cerdas dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis agar tidak tergilas rumah kuliner lain maupun perkembangan teknologi yang mengiringi perubahan zaman. Bahkan, sekarang banyak rumah makan yang bekerja sama dengan perusahaan transportasi daring jarak dekat untuk mempermudah konsumen mendapatkan makanan yang diinginkan tanpa harus terjebak macet. Jika pemilik bisnis masih bersikeras dengan cara pemasaran yang lama, maka usahanya akan lebih cepat tersingkir dari jalur persaingan cepat. Maka, perubahan cara pemasaran perlu diubah bersama tuntutan konsumen yang sudah berubah.

Baca juga: Ayam saus coklat dan Pizza Combi sensasi menyantap pizza molor.


Dalam hal penampilan dan kreatifitas, orang sudah hampir berpuluh-puluh tahun memakan makanan yang sama dengan tampilan yang sama. Tentu dibutuhkan sebuah inovasi dalam hal tampilan atau cara penyajian makanan itu. Hal ini diperlukan agar makanan itu terus memiliki penikmat sehingga tidak hilang dari sejarah kuliner. Karena menurut saya, resep kuliner juga termasuk harta suatu peradaban. Bahkan kita bisa mengenal suatu bangsa hanya dari makanan khasnya. Dengan zaman yang terus berubah, mustahil mempertahankan keberadaan makanan tanpa sentuhan inovasi.

Baca juga: Waffle Many Pany dan Kebab Baba Rafi.

Kita tidak perlu muluk-muluk dengan inovasi. Cukup dengan mengubah sedikit tampilannya tanpa harus mengubah seluruh resep. Sekarang ini sudah banyak pemilik bisnis yang berinovasi dengan dagangan mereka. Ketan yang dulunya hanya diberi taburan parutan kelapa, kini terlahir kembali dengan berbagai varian rasa, seperti yang saya temui di sebuah warung di dekat alun-alun Malang. Ada juga piscok yang menurut saya adalah wajah baru pisang goreng yang dulunya hanya berupa pisang yang dicelup adonan tepung lalu digoreng. Begitu pula dengan surabi yang terlahir dengan ukuran lebih kecil yang diberi berbagai macam topping sesuai pilihan. Dalam hal minuman, ada juga pemain bisnis kuliner yang memberikan sentuhan inovasi pada kopi. Di mana minuman kopi sengaja dibekukan hingga menjadi es batu dan disajikan dalam bentuk es dengan siraman susu cair atau sesuai selera.

Baca juga: Makanan Jepang di Hayaku Resto.

Kini, makanan bukan hanya soal rasa, tetapi juga tampilan yang menggugah selera. Semakin menarik tampilan makanan itu, semakin banyak orang yang ingin menikmatinya. Jika semakin banyak orang yang ingin menikmatinya, maka makanan tersebut akan terus ada dari generasi hingga ke generasi selanjutnya.

Posting Komentar

0 Komentar