Pendidikan Parenting Penting Diterapkan di Indonesia

Orangtua adalah pusat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Pasalnya, sosok yang pertama kali anak-anak kenal dan paling dekat dengan mereka adalah orangtua.

Melihat hal itu, sudah sewajarnya orangtua bertindak sebagai sosok yang dapat dicontoh dan memberikan contoh. Namun, pada kenyataannya tidak demikian.

Proses menjadi orangtua dimulai dari rasa suka antara dua orang. Kemudian mereka menikah hingga memiliki anak.

Dari proses tersebut, tidak sekali pun mereka mendapatkan pengarahan tentang bagaimana menjadi ayah atau ibu. Yang mereka tahu hanyalah bahwa mereka adalah orang yang lebih tua daripada anak-anak mereka sehingga hak mengatur dianggap menjadi hak mereka sepenuhnya.

Akibatnya, anak-anak masa kini tumbuh dalam berbagai kekurangan mereka. Di sinilah pendidikan parenting dianggap perlu.



Masalah Kenakalan Remaja di Indonesia


Masalah kenakalan remaja bukan lagi hal baru. Bukan hanya di Indonesia, masalah ini juga terjadi di sebagian besar negara di seluruh dunia.

Tidak adil rasanya bila membebankan masalah ini pada kurangnya parenting education di Indonesia. Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa keduanya berhubungan.

Beberapa sebab kenakalan remaja berawal dari keluarga. Kekerasan rumah tangga dan perceraian orangtua adalah sebagian contoh yang sering melatarbelakangi seorang remaja melakukan kenakalan.

Kenakalan remaja tidak muncul begitu saja, tetapi berasal dari pemupukan terus-menerus semenjak masih dalam usia kanak-kanak.

Kenakalan remaja disebabkan oleh faktor subyektif (diri sendiri) dan obyektif (lingkungan). Keduanya memiliki pengaruh yang cukup besar pada kemungkinan seorang anak melakukan kenakalan remaja nantinya.

Di Indonesia sendiri, masalah kenakalan remaja yang sering muncul di televisi antara lain

Penyalahgunaan Narkotika


Penyalahgunaan narkotika sebenarnya merupakan kenakalan terbesar remaja Indonesia. Mengingat kegiatannya yang sembunyi-sembunyi, kenakalan ini jarang terekspos media.

Biasanya remaja menyalahgunakan narkotika karena coba-coba. Karena keseringan, mereka akhirnya kecanduan.

Beberapa remaja mengaku bahwa mereka bisa mengatasi kecanduan itu dan menggunakannya ketika sedang tertekan.

Sedangkan lainnya bahkan bisa mengonsumsi puluhan pil sekali tenggak. Keinginan untuk lari dari kenyataan menjadi alasan utamanya.

Seks Bebas


Seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas sulit sekali terekspos. Polisi harus melakukan penggerebegan di sejumlah motel dan sejenisnya untuk menemukan pasangan remaja mesum.

Angka yang ditemukan cukup fantastis. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi adalah pelakunya masih duduk di bangku SMP.

Beredarnya video porno dari Jepang dan berbagai negara lain telah sukses merusak moral para remaja itu. Bahkan anak pendiam sekali pun yang tidak terbayangkan akan melakukannya bisa menjadi korban.

Pemerintah sebenarnya saat ini telah berusaha menanggulanginya dengan melakukan pembatasan konten berdasarkan usia. Namun, beberapa situs masih lolos.

Tawuran Antarpelajar


Tawuran antar pelajar adalah yang paling sering diberitakan di media. Bahkan dalam setahun, bisa terjadi ratusan tawuran hingga menewaskan puluhan pelajar.

Ketika ditanya, sering kali penyebab kenakalan tersebut adalah hal sepele. Seperti olok-olokan, masalah pribadi salah satu anggota pelajar, dan masalah sepele lainnya.

Yang memprihatinkan adalah beberapa tawuran tersebut juga dilakukan oleh beberapa siswi.

Tindak Kriminal


Tindak kriminal meliputi pencurian dan pembunuhan. Pencurian biasanya berakar pada penyalahgunaan narkoba. Untuk memenuhi kebutuhan uang guna membeli narkoba, mereka mencuri.

Sedangkan kasus pembunuhan jarang sekali ada. Kalaupun ada, penyebabnya biasanya karena alasan sepele.

Penyebab Kenakalan Remaja


Dari seluruh kenakalan yang disebutkan, obatnya adalah pendidikan parenting untuk para orangtua. Pasalnya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, mereka adalah pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak.

Mereka adalah contoh yang pertama kali ditiru oleh anak serta sosok yang sering ditemui.

Tidak ada yang bisa mencegah kenakalan kecuali pendidikan. Pendidikan tidak harus berupa rumus dan membaca, tetapi juga memberikan contoh, nasihat, dan pengarahan secara efektif dan tepat sasaran.

Keunggulan parenting education adalah konsep pendidikan moral yang menjadi alasan munculnya masalah remaja.

Lantas, apa hubungan antara kenakalan remaja dengan pendidikan untuk orangtua?

Jika diperhatikan, beberapa penyebab masalah di atas berhubungan dengan pola asuh anak. Misalnya

1. Penyalahgunaan Narkoba


Bagi setiap orang, mencoba hal baru adalah menyenangkan. Namun, semua pasti setuju kalau hal baru tersebut berdampak buruk, tentunya tidak akan ada orang yang menggunakannya lagi. Lalu, kenapa anak-anak itu tetap menggunakan narkoba?

Salah satu alasannya memang karena mereka tidak menganggap dampak negatif itu sebagai sesuatu yang buruk. Selain itu, kerusakan dalam tubuh juga tidak bisa diketahui oleh mata telanjang.

Mereka mungkin pusing, tapi hanya sebentar. Sedangkan efek "melayang dan sejenak melupakan tekanan" adalah yang mereka cari.

Tekanan apa? Tekanan dalam rumah tangga, misalnya.

Orangtua pasti tidak mengetahui seluruh hal yang dijalani anak-anaknya dan apa saja yang mereka alami selama tidak di rumah.

Mereka tidak tahu bahwa anak-anaknya ada masalah dengan teman di sekolah atau bahkan tetangga mereka.

Parahnya lagi, para remaja itu tidak melaporkannya dengan alasan takut dianggap cemen, suka lapor, anak mama, dan sebagainya.

Mereka ingin mengatasi masalah mereka sendiri, tetapi tidak bisa. Akhirnya, narkoba dipilih sebagai jalan keluar sementara yang sebenarnya, tanpa mereka mau peduli, malah menambah masalah.

Belum lagi bila setiap hari mereka mendapatkan kekerasan fisik atau mental dari orangtuanya.

Orangtua jarang melakukan kekerasan fisik. Namun, siapa saja pasti pernah mengalami kekerasan mental berupa verbal abuse.

Verbal abuse adalah kalimat yang dilontarkan untuk menghina, meremehkan, merendahkan orang lain dan sejenisnya.

Verbal abuse yang sering terdengar antara lain "Kamu itu masih kecil, nggak tahu apa-apa. Jangan sok ngajari" atau "Coba lihat itu, anaknya Bu A juara 1. Lha, kamu cuma juara 5".

Perkataan sejenis itu membuat anak serba salah sehingga mengakibatkan tekanan dalam diri yang tidak terlihat oleh siapa pun.

2. Seks Bebas


Seks bebas bermula dari beredarnya video-video porno di situs web yang sekarang sudah banyak diblokir oleh berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kapan seorang anak mendapatkan akses ke sana? Ketika mereka mendapatkan akses ke gawai dan internet.

Jika dilihat, seks bebas berasal dari orang di luar keluarga. Sehingga orangtua tidak dapat melakukan apa pun. Selain itu, menonton video 18+ merupakan pilihan anak sendiri.

Sebenarnya orangtua dapat melakukan upaya preventif dengan terus mengawasi anak ketika belajar. Dan memberikan perhatian lebih dan menunjukkan kasih sayang dengan pelukan sejak kecil.

Bila anak selalu ditemani belajar dan diberikan pengertian bahwa hal tersebut kurang baik, kenakalan ini bisa dihindari.

Jika lingkup pertemanannya kurang aman, orangtua bisa memberikan pembatasan dan memilih teman mana saja yang boleh ia ajak main.

3. Tawuran Antarpelajar


Tawuran bisa timbul hanya karena sekelompok anak merasa lebih hebat daripada kelompok lain. Sehingga mereka akan mudah tersinggung jika kelompok yang lebih lemah meremehkan mereka.

Hal tersebut berakar dari kebiasaan orang di sekitar yang suka menunjukkan kekuasaan. Sok berkuasa dan berlaku semena-mena. Hal itu yang dicontoh remaja untuk membentuk sebuah geng tawuran.

Tawuran juga timbul dari mencontoh kekerasan yang sering dilakukan orang lain pada anak. Tindakan orang yang paling sering dicontoh anak adalah ayah dan ibu.

Kekerasan mental dan fisik yang diterima anak membuat mereka ingin melampiaskan kekesalan itu pada hal lain. Akhirnya, mereka menciptakan tawuran dari sepercik konflik yang ada.

Bila tidak ada konflik, mereka akan menciptakan konflik hingga hasrat menyakiti orang lain tersalurkan.

4. Tindak Kriminal


Tindak kriminal adalah bentuk kenakalan yang lebih besar daripada kenakalan lainnya. remaja yang masih belum puas melakukan salah satu dari ketiga kenakalan itu akan meningkatkan kenakalannya dengan melakukan tindak kriminal.

Sebuah geng yang tidak pernah berkelahi akan berusaha mengganggu orang lain yang tidak bermasalah dengan mereka untuk menjalankan "program" kenakalan mereka.

Hal ini pernah terjadi di daerah Depok di mana sekelompok geng membacok beberapa pengendara motor. Untungnya mereka tertangkap dan dihajar warga.

Remaja yang sering melakukan seks bebas dan ketagihan atau kurang puas dengannya akan meningkatkan kenakalannya dengan melakukan penculikan dan pemerkosaan.

Sedangkan para pecandu narkoba yang kehabisan uang untuk membeli barang-barang haram itu akan mencuri, merampok, dan membegal.

Untuk penanganan tindak kriminal, peran keluarga adalah mengetahui dan tidak menutup mata pada kenyataan di lapangan.

Orangtua harus langsung bertindak dengan menyerahkan mereka pada pihak berwajib atau diberikan konseling begitu mengetahui anak mereka melakukan tindak kriminal.

Peran Orangtua dalam Menaggulangi Kenakalan


Peran keluarga sangatlah besar dalam membentuk kepribadian seorang anak. Bila seorang anak tidak mendapatkan dukungan sedikit pun dari keluarga, dia akan cenderung menjadi pemberontak yang sudah tidak bisa diatur.

Tujuan parenting education adalah membentuk karakter yang baik pada anak. Pendidikan ini dilakukan dengan metode pemberian contoh, pembiasaan, dan pemberian hadiah dan hukuman. Di mana ketiganya jarang sekali diberikan oleh orangtua di Indonesia.

Sebagian besar orangtua mengharapkan anaknya melakukan suatu pekerjaan dan hal baik tanpa memberikan contoh dan langsung menghubung secara fisik atau verbal jika tidak mampu.

Pembiasaan pun hanya dilakukan sekali dan berharap anak sudah mengingatnya hingga akhir hayat. Apalagi pemberian hadiah dan hukuman, jarang sekali terjadi.

Fenomena tersebut tentu sangat disayangkan. Takutnya, masyarakat Indonesia yang dulu terkenal ramah kehilangan jati dirinya. Dan hal tersebut sudah dimulai dari sekarang.

Praktik Metode Pendidikan Parenting

Agar proses pendidikan berjalan lancar, orangtua diharapkan mampu dan mau memberikan contoh kebaikan yang diharapkan dari seorang anak.

Jika orangtua mengharapkan anak membantu pekerjaan rumah tangga, hendaknya ayah dan ibu mengajak anak mengerjakannya bersama tanpa memberikan masukan atau kritik. 

Biarkan mereka membantu dengan cara mereka sendiri hingga kegiatan tersebut menjadi kebiasaan dan anak sudah cukup dewasa untuk menerima masukan.

Bila ingin anak mengurangi penggunaan gawai, orangtua hendaknya juga melakukan hal serupa. Yang dilakukan terus-menerus sampai anak terbisa tidak menggunakan gawai tanpa tersiksa.

Pemberian hadiah dan hukuman tidak harus selalu dalam bentuk fisik. Ucapan "terima kasih", "kamu hebat", dan "semangat, ya!" adalah contoh pemberian hadiah.

Hukuman pun begitu, tidak harus selalu fisik. Hukuman berupa pendisiplinan sangat dianjurkan daripada hukuman fisik atau perkataan yang mengarah pada verbal abuse. 

Diharapkan hukuman dapat memberikan nilai positif bagi anak. Seperti lari putar lapangan bila anak kecanduan gawai atau mengerjakan beberapa pekerjaan rumah ketika mereka nakal.

Penutup

Pendidikan parenting memang membutuhkan komitmen besar dari orangtua. Seperti halnya pendisiplinan anak yang membutuhkan kerja sama dan kejujuran anak selama menjalaninya.

Namun, semua itu tidak mustahil selama kedua belah pihak saling mendukung. Selain itu, pendidikan ini berpengaruh bagi masa depan bangsa karena anak-anaklah yang nantinya mengatur negara Indonesia.

Sumber:
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay
https://www.liputan6.com/health/read/688614/berbagai-perilaku-kenakalan-remaja-yang-mengkhawatirkan#
https://lintasgayo.co/2017/11/04/konsep-parenting-education-membentuk-karakteristik-peserta-didik

Posting Komentar

0 Komentar