Ketika Kita Lupa Diri



Sebagai manusia, wajar jika kita pernah lupa diri karena lupa adalah sifat alami kita. Jika kita sering lupa waktu, lupa pada janji karena terlalu banyak kegiatan, lupa hafalan semalam, dan sebagainya itu masih terbilang wajar. Namun, hal itu akan berbeda jika kelupaan seseorang menjadi sangat keterlaluan, misalnya lupa melakukan kebaikan.

Manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin di muka bumi. Sebagaimana umumnya seorang pemimpin, manusia harus bisa mengatur dan memastikan bumi dan seisinya terlindungi dengan baik, termasuk manusia. Sebagai makhluk sosial, sifat saling tolong-menolong harus dimiliki dan diterapkan sejak remaja. Sifat tolong-menolong ini juga termasuk memberikan rasa aman pada orang lain dari kejahatan atau kesalahan kita. Sebagai pemimpin, kita tidak bisa menumbalkan orang lain demi keselamatan kita sendiri. Oleh karena itu, kita diajarkan sejak dini untuk mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan kita.

Walaupun demikian, kita masih menemukan beberapa kejadian yang tidak menggambarkan sifat kemanusiaan yang adil dan beradab. Pemerkosaan, KDRT, penjambretan, korupsi, pengeroyokan oleh geng, penjarahan, perampokan dengan kekerasan, dan sebagainya sama sekali bukan hal yang bisa dilakukan jika sifat kemanusiaan seorang manusia masih dipegang teguh. Manusia memang diberi anggota badan untuk melakukan segala hal, tetapi segala hal itu berbatas pada kebaikan saja. Manusia juga sudah diberi akal untuk membedakan mana yang baik dan perlu dilakukan dan yang jahat dan perlu dihindari. Jika ada orang yang menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan kejahatan, maka orang tersebut sudah lupa pada fungsinya sebagai manusia.

Kelupaan seperti hal di atas adalah kelupaan manusia yang keterlaluan dan tidak wajar karena sudah melampaui fungsi yang diberikan sebagai manusia. Bahkan sudah tergolong melampaui batasan akal. Dalam kasus demikian, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian agar hal serupa tidak terjadi dan dapat dihentikan.

Kita harus menyadari bahwa fungsi anggota tubuh kita tidak hanya melekat pada fungsi secara fisik saja, tetapi juga fungsi ruhaniyah. Jika sebelumnya kita diajarkan bahwa fungsi tangan adalah untuk makan, maka seharusnya kita harus menghubungkannya dengan fungsi ruhaniyahnya juga, yaitu makan makanan yang baik dan didapatkan dengan cara yang baik. Hal yang serupa juga berlaku untuk anggota tubuh yang lain, termasuk pancaindra. Mata berfungsi untuk melihat yang baik, mulut berfungsi untuk berbicara yang baik-baik, dan seterusnya. Begitu juga dengan fungsi akal yang hanya digunakan untuk memikirkan pemikiran yang baik dan bermanfaat. Jika tidak melakukan hal-hal baik dengan segala yang telah diberikan pada kita, apa bedanya kita dengan makhluk lain yang tidak memiliki akal.

Akal diberikan pada manusia agar memiliki kebebasan dalam berkehendak. Manusia bisa memilih untuk berbuat buruk di mana itu akan membuatnya lebih rendah daripada setan atau memilih untuk berbuat baik di mana itu akan membuatnya lebih mulia daripada malaikat. Manusia tinggal memilih mana yang diingininya dengan setiap konsekuensinya.

Manusia dengan segala potensinya mampu melakukan setiap keburukan yang pernah ada dan dengan segala keterbatasannya mampu melakukan kebaikan-kebaikan yang belum pernah terpikirkan manusia. Jika seseorang memilih untuk mengeroyok, memerkosa, mencuri, atau berkorupsi yang termasuk dalam hal buruk, maka hal buruk juga akan mengintai dirinya atau keluarganya yang tidak tahu apapun. Jika tidak terjadi di dunia, maka balasannya akan disiapkan di akhirat dengan lebih pedih. Begitu juga jika manusia memilih untuk berbuat kebaikan, maka kebaikanlah yang akan menghampirinya karena karma masih dan akan terus berlaku hingga dunia berakhir.


Perlu waktu untuk bisa membiasakan diri berbuat baik dan menghindari berbuat jahat. Hal ini akan lebih mudah dilakukan jika pembiasaan sudah dimulai sejak dini dengan memberikan penekanan pada fungsi-fungsi akal, anggota tubuh, serta panca indera untuk hal yang baik-baik saja. Bagi kita yang sudah dewasa, hal ini tentunya bisa dilakukan dengan lebih mendengarkan hati nurani dan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan yang telah diolah oleh akal dan mengabaikan ego serta bisikan yang menyalahi sifat kemanusiaan.

Posting Komentar

0 Komentar