Ayam Saus Coklat

Dua hari lalu saya berkesempatan mencicipi saus baru dari pemain kuliner lama di kota Sidoarjo. Pemain kuliner ini bukan menjual saus, melainkan ayam, tetapi saus rasa barunyalah yang membuat teman saya tertarik dan mengajak saya mencobanya. Jadilah kami memesan dua porsi ayam saus coklat melalui aplikasi ojek daring. XD

Tidak lama, pesanan datang dengan aman dan nyaman. Perlu diketahui bahwa ada tiga pilihan menu dari tempat makan itu yang ditawarkan dalam bentuk promo, yaitu: (1) ayam; (2) ayam, nasi, dan cola; (3) ayam, french fries, dan cola. Kami pilih yang kedua dengan harga sekitar 32 ribu. Tentu itu karena kami tidak bisa makan tanpa nasi, di samping harga kentang yang terbilang cukup mahal untuk porsi yang hanya segenggaman tangan itu.

Saya sudah sering memakan ayam krispi, entah saya memperolehnya di tempat makan itu, beli di warung kecil, atau di dapur, sehingga hal pertama yang saya cicipi bukanlah ayam atau tepungnya, melainkan saus coklatnya. Dari towelan pertama yang saya rasakan, coklat itu tidak hanya terbuat dari coklat murni, tetapi juga ada gula dan rasa yang membikin sedikit pedas. Rasa manisnya seperti rasa yang bisa didapat dari coklat kental manis, sementara rasa pedasnya samar, mungkin lebih mirip merica atau semacamnya. Dari towelan itu, saya menjamin bahwa perpaduan rasa saus dan ayam itu persis seperti yang saya bayangkan ketika saya menolak ajakan teman saya.

Sebagai orang yang menyukai coklat, saya rasa perpaduan ini merusak nyawa ayam krispi dan coklat itu sendiri. Ayam krispi memiliki nyawa gurih dan akan semakin nyata jika ditambah dengan rasa pedas. Sedangkan rasa pedas pada saus coklat yang manis itu menurut saya sama sekali tidak bisa menyatu. Jika biasanya kita memakan ayam dengan saus pedas dan mendapatkan perpaduan yang saling mendukung, dengan saus coklat kita akan mendapatkan rasa yang berjalan di jalannya sendiri dan tidak pernah bertemu.

Saya mengatakan hal ini pada teman yang mengajak saya itu dan dia mengatakan bahwa ada ulasan yang mengatakan bahwa ayam saus coklat ini enak. Well, sebagai orang yang tidak lagi menyukai ayam dan sangat mencintai coklat, perpaduan keduanya terasa aneh di lidah. Dari dulu, rasa manis dan asin itu menimbulkan rasa yang tidak mengenakkan di lidah dan sangat mengecewakan saya sebagai pecinta coklat. Jika ada inovasi di dunia kue yang berhasil memadukan rasa manis dan asin dan berhasil, yaitu brownies cheese creamdi salah satu toko brownies terkenal, perpaduan ini sama sekali tidak berhasil. Jika ingin mengikuti keberhasilan toko kue itu, setidaknya penyumbang inovasi lebih memperhatikan perpaduan rasanya, bukan hanya inovasinya.

Menurut saya, rasa manis dari coklat itu masih terlalu kuat untuk rasa gurih ayam yang juga kuat. Harus ada yang dikalahkan dari salah satunya dan menurut saya itu adalah rasa manis dari coklat, seperti pada kasus brownies cheese cream di mana rasa asin pada kejunya dikurangi hingga bisa menyatu dengan rasa manis pada coklat karena yang dijual adalah rasa manis pada coklat, sedangkan dalam kasus ayam, yang dijual adalah rasa gurih ayam.

Jika dibilang enak, keduanya memang enak. Sausnya juga sudah memberikan rasa pedas yang cocok menemani ayam. Namun, masalahnya ada pada perpaduan rasanya. Saya tidak tahu apa pertimbangan orang yang mengatakan bahwa perpaduan keduanya enak. Mungkin hal itu karena dia memakan di tempat sedangkan saya melakukan pesan-antar yang mungkin mendapatkan perlakuan berbeda.


After all, setiap orang memiliki perbedaan pendapat soal rasa dan penilaian saya juga mungkin dipengaruhi dari tempat dan cara pemesanannya. Namun, sebagai pecinta coklat saya merasa bahwa orang yang memiliki inovasi saus coklat itu kurang mengeksplorasi kekayaan rasa yang bisa dituangkan dalam setetes coklat.

Posting Komentar

0 Komentar