Drama Detektif dalam Film “Murder on the Orient Express”


Walaupun ulasan film ini bisa dikatakan hampir kadaluarsa, tetapi saya rasa tidak ada salahnya jika saya memberikan sedikit ulasan dari semua ulasan yang ada menurut versi saya.

Film yang sudah tayang di Indonesia sejak tanggal 29 November lalu ini menyajikan sebuah cerita yang diangkat dari novel karya Agatha Christie. Bagi para pecinta novel detektif, pasti tidak akan asing dengan penulis yang satu itu.

Sesuai dengan judulnya, film ini memang menceritakan tentang sebuah pembunuhan di atas kereta. Korban adalah seorang pebisnis baru bernama Rachett yang diperankan oleh Johny Depp. Sebenarnya, saya bukan seorang yang tergila-gila dengan film detektif. Namun, begitu saya mengetahui bahwa latar belakang film ini diambil di atas kereta, maka saya begitu ingin sekali menontonnya. Selain itu, film ini juga diperankan oleh banyak sekali artis yang sering tampil di film-film laris. Dari situ, saya yakin bahwa film ini akan ditampilkan dengan cukup memuaskan.

Film ini dimulai dengan pemecahan misteri pencurian yang melibatkan tiga tersangka yang merupakan pemuka agama: Guru, Pendeta, dan Imam. Detektif terkenal yang bernama Hercule Poirot memutuskan bahwa pelakunya bukanlah berada di antara ketiga orang tersebut mengingat penampilan mereka yang masih sangat sederhana setelah mencuri barang berharga tinggi. Deduksinya ini didukung dengan sifat si detektif yang perfeksionis yang digambarkan dari pemilihannya pada menu sarapan yang berupa dua telur dengan ukuran yang sama. Namun sayang, ia ingin mengakhiri karirnya sebagai seorang detektif karena usianya yang sudah sangat tua.

Hal inilah yang kemudian menjadi “penyumbang” terjadinya pembunuhan di atas kereta yang ditumpanginya. Kejadian bermula ketika ia hendak liburan dengan kereta Orient Express dengan beberapa penumpang lain yang memiliki kepentingan dan tujuan masing-masing, termasuk si pebisnis amatir, Rachett. Di dalam kereta, Rachett mendapatkan surat ancaman dari orang tak dikenal selain beberapa surat ancaman lain. Rachett dikenal sebagai pebisnis penipu dan jahat. Oleh karena kedua alasan ini, dia meminta Poirot untuk melindunginya. Namun, Poirot menolak karena: (1) Rachett adalah seorang penjahat yang berarti merupakan pelanggaran hukum, (2) tentunya Poirot sedang ingin beristirahat dari pekerjaan memecahkan kasus, dan (3) Poirot menyatakan dengan terang-terangan bahwa ia tidak menyukai wajah Rachett.
Keesokan hari setelah penolakan itu, Rachett ditemukan mati dengan beberapa luka tusukan tak beraturan di bagian dada hingga perut. Setelah mewawancarai beberapa orang di dalam kereta itu, Poirot langsung memutuskan bahwa seluruh penumpang kereta lain kecuali dirinya dan Kepala Kereta adalah tersangka.

Dalam usahanya menemukan pembunuh, beberapa kali Poirot seolah hampir menemukan pembunuhnya, tetapi alibi dan karakteristik orang yang diduganya sebagai pelaku terlalu kuat. Tentu membaca karakter seseorang adalah kemampuan seorang perfeksionis seperti Poirot.

Film ini tidak seperti kebanyakan film detektif pada umumnya di mana detektif hanya perlu menemukan satu pelaku dengan mengetahui motif dan mencari buktinya. Seperti layaknya penonton yang pasti akan mengharapkan bahwa ada satu pelaku yang telah melakukan trik pembunuhan yang rumit di mana trik itu nantinya dapat diungkap oleh detektif, Poirot juga berada di tengah kegalauan karena kasus ini memang nyatanya tidak seperti biasanya, pun tidak seperti kasus pecurian yang baru beberapa hari sebelumnya ia pecahkan.

Sebagaimana para penonton film ini yang mungkin mengharapkan adanya pemecahan trik pembunuhan, motif, dan satu pembunuh, Poirot pun tidak menyangka bahwa pelaku pembunuhan itu adalah seluruh penumpang dalam kereta. Mungkin hal ini jugalah yang menjadikan film ini mendapatkan rating cukup rendah. Namun, jika Anda menghargai: (1) bagaimana Poirot berhasil menghubungkan motif pembunuhan ini ke kejadian pembunuhan sebelumnya yang dialami oleh Amstrong, (2) bagaimana Poirot mengungkap kebohongan-kebohongan cerita dari setiap penumpang kereta yang ternyata mereka semua kenal dengan Amstrong dan bahwa mereka tahu bahwa Rachett sesungguhnya adalah Cassetti, orang yang membunuh Amstrong, dan bahwa kasus pembunuhan itu memengaruhi matinya banyak orang lain dan (3) bagaimana Agatha Christie mencoba menampilkan cerita detektif yang tidak itu-itu saja dengan menonjolkan sisi lemah hukum, maka Anda pasti bisa menilai secara obyektif bahwa film ini layak mendapatkan penilaian tinggi.

Ada berapa banyak cerita detektif di mana pelakunya adalah seluruh orang, dalam kasus ini adalah seluruh penumpang kereta. Masing-masing dari mereka saling menutupi dan secara tidak langsung memberikan alibi atas pelaku yang lain.

Dari segi sinematografi, film ini sangat memukau karena memang diperankan oleh artis-artis ternama, kostum yang sesuai pada tahun itu, perwajahan Johny Depp yang sangat sesuai dengan karakter seorang yang jahat dan punya banyak musuh, dan masih banyak lainnya. Sebagai tambahan, Johny Depp terlihat sesuai dengan karakternya dalam film ini disamping karakternya dalam 2 film lainnya, yaitu "Pirates of the Carribean" dan "Alice in Wonderland".


Dari film ini, kita belajar bahwa hukum memang memiliki sisi lemah yang tidak mungkin bisa mengadili seluruh kejahatan hingga akhirnya solusi “main hakim” menjadi hal yang didukung oleh Hercule Poirot.

Kredit dari Indiana Express

Posting Komentar

0 Komentar