Batasan: Dalam hal ini, saya bukanlah pakar. Saya hanya mendapatkan ilmu dari sharing orang-orang yang peduli pada masa penantian jodoh saya ini. Maka dari itu, saya juga ingin berbagi beberapa tips disertai cerita seputar penantian jodoh pada pembaca semua dengan harapan sedikit meringankan beban di kepala. Paling tidak, saya bisa menemani kegundahan Anda semua.
Baik.
Saya tidak perlu memaparkan usia saya karena mungkin hal itu dapat memengaruhi persepsi dan penerimaan Anda terhadap tulisan ini. Marilah kita sepakati bahwa kita sama-sama berada di usia yang matang untuk menikah.
Bagi sepasang kekasih yang sudah menginjak usia dewasa, hubungan adalah suatu hal yang serius. Tidak lagi bisa bermain-main. Kita harus segera menentukan pasangan kita cocok menjadi pasangan hidup selamanya atau tidak. Jika cocok, maka harus segera dilanjutkan ke jenjang pernikahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Jika tidak cocok, maka harus segera dihentikan secepat mungkin.
Jika kita merasa cocok dengan pasangan dan ingin segera melangsungkan pernikahan, biasanya masalah berikutnya ada pada calon mertua. Kecuali jika calon mertua sudah saling mengenal dan menerima hubungan kita. Masalah ini sering berhubungan dengan ketidaksesuaian kriteria pasangan kita dengan orangtua. Nah, apa yang harus kita lakukan?
Hal paling utama dan pertama yang harus kita lakukan adalah berusaha menerima bahwa kriteria yang ditentukan orangtua untuk pasangan kita berbeda. Biasanya, orangtua memasang kriteria yang lebih tinggi daripada kriteria yang kita terima dari pasangan kita. Setelah itu, barulah kita berusaha untuk mencari jalan keluar apabila memang pasangan kita layak diperjuangkan.
Berikut adalah jalan keluar yang berhasil saya kumpulkan berdasarkan sharing orang-orang yang saya kenal:
1. Menyogok. Tentu kata “menyogok” adalah kata yang kurang tepat untuk langkah ini berdasarkan definisinya di KBBI. Tapi, kurang lebih seperti itu. Menyogok ini bukan berarti kita “membeli” pasangan dari orangtuanya dengan uang. Bukan. Tujuan dari menyogok ini adalah melembutkan hati orangtua pasangan.
Jika orangtua dari pasangan perempuan adalah camer yang “susah” dan harus diluluhkan, maka si perempuan harus memberitahu si laki-laki sesuatu yang disukai orangtuanya. Hal yang disukai tidak perlu barang mahal, cukup barang atau hal sederhana saja. Jika ayah pasangan suka pergi ke pantai, ajaklah kedua orangtua pasangan ke pantai, tentu dengan pasangan. Jika ibu pasangan suka brownies, maka sisakanlah sedikit gaji untuk membelinya tiap bulan.
Langkah ini perlu karena kadang orangtua tidak merestui pasangan kita hanya karena takut pasangan kita tidak bisa membahagiakan atau memenuhi kebutuhan kita sehari-hari.
2. Diplomasi memutar. Sambil terus-menerus melakukan langkah pertama, kita juga perlu menjalankan langkah kedua ini. Menurut pencerita, diplomasi memutar adalah upaya memperoleh dukungan dari pihak saudara dari orangtua pasangan yang tidak merestui. Sebagai laki-laki, sebaiknya Anda sering-sering mengorek informasi dari pasangan untuk bisa menghubungi kakak dari orangtua pasangan atau saudara lain yang dipercaya pasangan. Hubungi mereka sesering mungkin seperti layaknya paman atau bibi sendiri. Bekerjasamalah dengan pasangan Anda.
Luangkan waktu untuk menunjukkan kedekatan. Pencerita mengatakan, ayahnya sampai menghadiri pernikahan keponakan ibunya untuk mendapatkan restu dari kakak ibu mertuanya. Hal ini diperlukan untuk mendapatkan dukungan tambahan dan juga seseorang yang bisa memberikan keyakinan pada calon mertua untuk menerima kita.
3. Komunikasi khusus. Jika kedua langkah tersebut telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan komunikasi khusus dan langsung dengan kedua orangtua pasangan. Entah bagaimana saya menjelaskan langkah ini. Intinya, kita harus bisa meyakinkan bahwa semua yang diberikan oleh orangtua pasangan kepada pasangan kita sejak dia lahir hingga dewasa juga bisa kita berikan kepada pasangan kita. Semua hal itu seperti: kebahagiaan, keperluan sehari-hari, kasih-sayang, perhatian, dsb.
Orangtua pasangan akan menilai keseriusan dan kesanggupan kita hidup bersama pasangan dari cara kita meyakinkan mereka dan kegigihan kita dalam melakukannya. Jangan masukkan kalimat yang melebih-lebihkan atau terlalu yakin pada kemampuan Anda dalam tahap ini. Berusahalah apa adanya. Karena orangtua pasti sudah memiliki penilaian dari kedua langkah yang Anda lakukan sebelumnya dan pasti sudah menarik kesimpulan tentang orang seperti apakah Anda.
Bersikaplah wajar dan berkharisma. Jika Anda seorang laki-laki, maka Anda harus menunjukkan bahwa Anda dapat menjadi pemimpin yang baik dan dapat mengayomi keluarga Anda kelak. Jika Anda seorang perempuan, maka Anda harus menunjukkan bahwa Anda dapat menjadi seorang ibu yang baik dan dapat mendidik cucu-cucu mereka kelak.
Kadang kriteria calon mertua terhadap kita terasa kurang masuk akal atau terlalu muluk-muluk. Tetapi semua itu dilakukan karena tidak ingin anak yang mereka sayangi jatuh ke tangan yang salah dan malah tidak bahagia setelah pernikahan. Tentu mereka tidak bisa meminta anaknya untuk bercerai begitu saja karena itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah, seperti rasa sakit dan rindu yang datang bersamaan. Apalagi jika anak mereka sudah memiliki momongan. Dan orangtua tidak bisa mengobati hal itu. Begitulah orangtua. Mungkin nanti kita juga akan melakukan hal yang sama.
Sebagai penutup, saya ingin berbagi hal yang dikatakan oleh dua orang laki-laki yang saya tahu:
“perkara diterima atau tidak, itu adalah perkara laki-laki yang akan memperjuangkanmu. Jika dia ditolak, tentu kamu akan sedih, tapi tidak perlu sampai merasa bersalah jika ia pun ikut sedih. Laki-laki diciptakan untuk menjadi tegar.”
dan
“jika laki-laki ditolak oleh orangtua perempuan setelah melakukan segala cara, maka dia harus segera ‘move on’ dan tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan.”
0 Komentar