Hati-Hati Memilih Organisasi: Indonesia Rawan Organisasi Politik

Yang kusarankan adalah agar kalian berhati-hati dalam berorganisasi dan memilih badan amal yang tepat untuk menyalurkan donasi. Jangan sampai orang-orang di balik badan itu adalah anggota partai politik. Kalian enggak mau kan, kalau uang yang kalian keluarkan malah digunakan untuk kampanye partai? Kita juga enggak tahu apakah partai itu benar-benar berjalan di atas kebenaran atau cuma sekumpulan orang enggak punya uang yang enggak bisa mengatur negara.

Salam belajar sepanjang masa ^^

Kali ini kita akan membahas sesuatu yang agak berat, ya. Tapi enggak terlalu berat, kok. Soalnya ini bahasan yang kalian pasti sudah tahu, tapi mungkin kurang sadar saja. Dan aku akan berusaha membahasnya secara ringan.

Pembahasan kali ini adalah tentang organisasi.

https://pixabay.com/photos/workplace-team-business-meeting-1245776/


Kalian pasti sudah tahu apa itu organisasi. Menurut sumber, organisasi merupakan wadah yang memungkinkan banyak orang berkumpul untuk bekerja sama secara terencana, sistematis, terpimpin, dan terkendali. Oleh karena itu, organisasi selalu memiliki susunan organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua-ketua, dan anggota.

Nah, yang mau aku bahas kali ini adalah bahaya organisasi politik terselubung.

Kalau teman-teman ingat, pasti kalian pernah atau masih mengikuti minimal satu organisasi, kan? Baik itu di sekolah maupun luar sekolah. Organisasi sekolah atau kuliah cenderung terlindungi karena Kepala Sekolah atau Rektor yang bertanggung jawab. Organisasi semacam ini yang kita kenal antara lain OSIS dan ORMAWA (Organisasi Mahasiswa).

Yang akan kita bahas di sini adalah organisasi yang berada di luar tanggung jawab institusi karena bisa disusupi oleh partai politik. Sekali masuk dan berperan penting untuk badan itu, anggotanya akan secara perlahan diperintahkan untuk menjalankan agenda-agenda terselubung mereka.

Mulai ngeri? Sekarang kita mulai santai.

Pandanganku Tentang Organisasi

Menurutku sebagai orang awam, organisasi tidak jauh berbeda dengan definisi umumnya, yaitu wadah orang berkumpul untuk bekerja sama. Bekerja sama untuk apa? Nah, itu yang enggak pernah aku korek lebih jauh.

Kriteriaku dalam memilih organisasi sangat sederhana, yaitu "asal sesuai minat." Aku enggak terlalu ambil pusing dengan kriteria karena niat awalku terlibat dalam suatu badan adalah untuk pengembangan diri. Asalkan badan itu dapat membantuku mengembangkan diri, aku setuju saja.

Awal Mula Aku Enggak Nyaman

Awal aku ikut organisasi adalah bersama para pencinta kepenulisan. Sebenarnya aku ikut banyak sekali organisasi, forum, dan apalah tentang kepenulisan karena memang hasratku ada di sana. Nah, aku ingin bercerita tentang satu badan khusus yang kuikuti.

Awalnya aku baik-baik saja dengan seluruh anggotanya. Mereka baik dan suka membantu. Ceileh!  Aku hampir enggak pernah berkonflik dengan mereka, kecuali hal kecil yang enggak berlarut-larut. Namun, lama-lama aku enggak mendapatkan yang kumau. Mungkin karena aku manja dan ingin terus-menerus disuapi tanpa mau mengerti bahwa ini bukan sekolah melainkan organisasi.

Jadi, mereka lebih mengedepankan kemampuan berorganisasi dengan sering mengadakan acara baik mingguan, bulanan, maupun tahunan daripada kemampuan menulis. Hal ini membuat kemampuan menulisku dan anggota lainnya enggak bertambah baik, malah tetap atau malah bertambah buruk. Akhirnya para anggota berguguran satu persatu karena tidak mendapatkan yang mereka harapkan.

Jujur, untuk ukuran organisasi kepenulisan, dia amburadul. Anggota dibiarkan belajar sendiri berdasarkan materi yang telah diberikan di awal perekrutan dan sekolah mingguan yang enggak terlalu mantap. Materi yang disajikan adalah hal-hal umum yang sudah dipahami dan sering mengundang orang luar dan orang dalam untuk memberikan materi yang tetap itu-itu saja.

Akhirnya aku muak karena mereka selalu beralasan, "jangan tanyakan apa yang organisasi berikan, tapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan." Enggak salah, sih. Walaupun sudah merampungkan satu kepengurusan sebagai ketua, akhirnya aku enggak lanjut ke jenjang yang lebih jauh. Pikirku, buat apa aku membuang waktuku untuk menghidupi tempat ini kalau hasilnya sama saja dengan belajar sendiri?

Tanda yang Nggak Pernah Kugubris

Sebenarnya ada beberapa tanda yang mengatakan bahwa organisasi ini disusupi partai politik. Tapi enggak kugubris karena aku merasa aman-aman saja. Dan enggak ada pembicaraan yang mengarah ke sana.

Sampai ada yang bercerita bahwa pernah ada orang yang terang-terangan mengatakan organisasi milik salah satu partai politik, aku pun biasa. Walaupun saat itu aku sudah tahu bahwa banyak anggotanya, bahkan penasihat dan ketuanya, yang mendukung salah satu partai politik. Tapi pikirku saat itu, kenyataan itu enggak bisa memaksaku untuk mendukung partai politik yang sama.

Bahkan, ketika aku berbincang tentang politik ini dengan salah seorang teman seorganisasi, dia juga sudah memberikan petunjuk yang mengarah ke sana, tapi aku enggak paham. Katanya, "Ya, itu kan untuk kaderisasi." Entah kata "kaderisasi" di sini harus bertanda kutip atau tidak. Dan entah temanku itu tahu tentang penyusupan ini atau tidak.

Kenyataan Pahit

Suamiku berada di organisasi yang sama. Dan dia bekerja di sebuah badan amal dengan bantuan orang dalam yang juga berada di badan yang sama dan bekerja di sana. Dan sekarang direktur badan amal ini sudah diganti dengan orang baru. Direktur lama pindah ke badan amal baru karena partai politik ini terpecah jadi dua, entah karena apa.

Kembali ke badan amal ini. Seperti yang lainnya, amal yang bisa dipilih donatur dibagi menjadi beberapa yang enggak akan kusebutkan. Nah, badan ini mendukung anak-anak sekolah madrasah atau pondok pesantren, kalau enggak salah. Dan sekolah itu ternyata cuma ada satu. Jadi, penyalurannya terfokus ke sana. Dan sebagian besar siswa di sana adalah anak-anak DPR dan pendukung partai politik itu. Jadi, bukan disalurkan ke banyak anak di banyak sekolah seperti yang kita duga.

Mulai panas? Lanjut dulu, ya.

Di bawah direktur lama, ternyata ada amal yang dialokasikan untuk beasiswa anak dai atau pendakwah. Dan anak dai yang dimaksud bukan dai yang berdakwah soal agama, melainkan para pendukung partai politik yang entah memiliki jabatan atau enggak.

Selain itu, direktur itu juga menggunakan sebagian amal untuk urusan operasional kampanye. Memang ada amal yang bisa digunakan untuk operasional dan menurutku hal ini sah. Tapi, aku yakin definisinya bukan untuk partai. Aku yakin semua orang yang beramal juga enggak mau uangnya dipakai buat kampanye dan acara partai, kan? Sedangkan aku yakin direktur itu sudah menganggap bahwa semua donatur adalah pendukung partainya.

Sekarang di bawah kepemimpinan direktur baru, hal itu sudah dihilangkan secara perlahan. Pasalnya, badan ini menyangkut uang orang banyak. Walaupun demikian, direktur ini harus menelan pahitnya sisa-sisa kepemimpinan direktur lama yang mewariskan hutang milyaran. Dan beberapa pegawai mengundurkan diri karena badan amal itu sudah tidak lagi menyokong keuangan partai.

Salah satu manager mengundurkan diri karena disuruh "guru" ngajinya. Alasannya karena di bawah kepemimpinan baru, badan amal ini sudah tidak mendukung "dakwah" a.k.a. partai. Dia tidak bisa menolak karena takut "dosa" jika membantah "guru". Kalau sudah "berdosa" dia takut hidupnya akan "dihancurkan", katanya begitu. Jadi, partai ini punya cara untuk menghasut dan menciptakan kasta yang sering disebut "ngaji" walaupun mereka menggunakan istilah lain.

Jadi, aku bilang di judul bahwa kita harus berhati-hati memilih organisasi dan apalah itu. Jangan sampai kita berada dalam satu golongan orang-orang yang enggak kita harapkan berteman dengan mereka. Rugi waktu, rugi uang.

Mungkin hal inilah yang membuat organisasi kepenulisan itu enggak bagus-bagus amat dan enggak peduli dengan kemampuan menulis anggotanya. Peningkatan kualitas tulisan kayaknya enggak pernah ada dalam agenda mereka. Atau mungkin mereka yang sudah berdiri sejak lama belum bisa merumuskan kurikulum kepenulisan yang pas dan berkualitas walaupun penasihat mereka adalah penulis-penulis terkenal.

Sangkalan

Aku enggak menyarankan kalian mengorek dan mencari tahu organisasi apa dan badan amal apa yang sedang kubahas di sini. Takutnya, tebakan kalian salah. Dan aku juga enggak mengatakan bahwa kalian harus berhenti beramal di badan amal.

Yang kusarankan adalah agar kalian berhati-hati dalam berorganisasi dan memilih badan amal yang tepat untuk menyalurkan donasi. Jangan sampai orang-orang di balik badan itu adalah anggota partai politik. Kalian enggak mau kan, kalau uang yang kalian keluarkan malah digunakan untuk kampanye partai? Kita juga enggak tahu apakah partai itu benar-benar berjalan di atas kebenaran atau cuma sekumpulan orang enggak punya uang yang enggak bisa mengatur negara.

Kalau Sahabat tahu dan mendukung partai ini, aku minta maaf. Silakan saja kalian teruskan visi dan misi partai kalian itu. Tapi saranku, badan yang benar adalah badan yang konsisten dengan pandangannya. Misalnya, kalau badan itu menolak orang karena suatu kriteria, maka harusnya dia tetap menolak orang dengan kriteria yang sama, bukan malah menerimanya karena kriteria lain.

Ini cuma opini ya, Teman-teman. Bukan untuk menakut-nakuti atau memengaruhi ^^


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi

Posting Komentar

0 Komentar